Proses Produksi Serat Wol, dari Ternak Hingga Menjadi Kain


Notice: Undefined index: sfsi_plus_mastodonIcon_order in /home/u4542783/public_html/clients/lakumas.com/wp-content/plugins/ultimate-social-media-plus/libs/sfsi_widget.php on line 1748

Notice: Undefined index: sfsi_plus_icons_AddNoopener in /home/u4542783/public_html/clients/lakumas.com/wp-content/plugins/ultimate-social-media-plus/libs/sfsi_widget.php on line 1702

Sebelum jadi selembar kain, serat wol terlebih dahulu melalui tahapan proses yang panjang. Tahapan proses ini menjadi salah satu faktor mengapa benang wol dihargai cukup mahal. Bahkan ada satu jenis yang sangat mahal namun tetap dicari konsumen.

Setiap tahun terdapat setidaknya 1, 2 juta kilogram wol mentah dari 500 jenis domba yang tersebar di seluruh dunia. Hasil produksi mentah ini dibedakan berdasarkan diameter, yaitu wol halus jika diameter <= 24,5 mikron, sedang ber diameter 24,6-32,5 mikron, kasar >32,5 mikron.

Serat halus dibuat menjadi pakaian, sedangkan yang lebih tebal digunakan untuk permadani dan tekstil interior. Di bawah ini adalah rangkaian proses bagaimana bulu dari hewan ternak bisa dibuat menjadi kain.

7 Tahapan Proses Produksi Serat Wol

Sebelum Anda bertanya, mengapa wol harganya mahal? Anda harus tahu bagaimana prosesnya dari binatang ternak hingga didapatkan benang siap proses. Di bawah ini adalah 7 tahapan tersebut.

1.      Pencukuran Bulu

Proses pertama produksi wol adalah pencukuran bulu domba. Pencukuran ini sama halnya seperti panen, dilakukan dalam periode tertentu dalam hal ini adalah setahun sekali pada musim semi.

Mengapa musim semi, sebab hewan tidak lagi membutuhkan bulu tebal untuk insulasi. Bulu domba dicukur menggunakan tenaga manusia yaitu dengan tangan. Satu helai bulu domba memiliki berat sekitar 6-18 pon.

2.      Grading (Penilaian) dan Sorting

Grading dan penyortiran adalah suatu proses untuk memecah bulu domba menjadi berbagai kualitas. Kualitas berbeda sebab bulu serat alam ini dihasilkan dari berbagai bagian domba. Kualitas paling baik adalah dari bagian bahu dan samping, dimana bagian ini nantinya dimanfaatkan untuk membuat pakaian.

3.      Pembersihan serta Penggosok

Proses selanjutnya adalah pembersihan dengan penggosokan. Tujuannya untuk membersihkan serat dari kontaminan seperti debu, lumpur, kotoran. Berat kontaminan sendiri bisa sampai 30-70% dari berat bulu.

Cara pembersihan cukup sederhana dengan menggosok bulu menggunakan ari. Kemudian ditambahkan sabun serta bahan alkali agar didapatkan serat atau bulu yang benar-benar bersih.

4.      Carding

Setelah didapatkan bulu bersih dari pembersihan pertama, dilanjutkan dengan carding. Yaitu proses berupa pelurusan. Serat atau bulu pada tahap ini dilewatkan pada gigi logam yang sudah disetting ukurannya.

Pada tahap ini juga terjadi pemisahan serat berdasarkan ukurannya. Nantinya akan dihasilkan serat pendek dan panjang. Proses selanjutnya akan masuk pada pemintalan menjadi benang seperti yang dilakukan untuk produksi benang Lakumas.

5.      Pemintalan

Selesai dari proses carding atau penyisiran, wol akan langsung diubah menjadi satu helai benang. Tahapan ini disebut dengan pemintalan. Setelah dihasilkan satu helai benang dari hasil pemintalan nantinya akan dipintal kembali secara bersamaan dengan helai lain.

Pintalan dari beberapa helai benang ini disebut dengan ply. Salah satu keutamaan serat dari bulu domba ini adalah memiliki skala yang baik. Sehingga proses pemintalannya lebih mudah jika dibanding serat lain.

6.      Proses Tenun

Setelah jadi pintalan benang, langkah selanjutnya adalah menenun. Dari hasil tenun ini akan dihasilkan selembar kain, umumnya dalam bentuk kepar atau tenun polos.

Tenun kepar menghasilkan kualitas yang halus dan harganya cukup mahal, namun daya tahannya sangat kuat. Sementara tenun polos menghasilkan konstruksi lebih longgar serta permukaannya lembut.

7.      Finishing

Tahap finishing bertujuan untuk menciptakan karakteristik akhir yang diinginkan. Wol dapat diisi, disusutkan, diisi kemudian juga dikerutkan untuk saling mengunci dan mengatur serat. Selanjutnya dicelupkan dalam proses pewarnaan.

Rangkaian proses produksi di atas menghasilkan kain berharga mahal, terutama karena proses tenun dan finishing. Semakin halus seperti yang dihasilkan dari tenun kepar, kemudian semakin bervariasi karakteristiknya, serat wol akan dihargai lebih mahal.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *