Pakaian Adat Perang dan Kebaya Wanita Jadi Bagian Sejarah NKRI


Notice: Undefined index: sfsi_plus_mastodonIcon_order in /home/u4542783/public_html/clients/lakumas.com/wp-content/plugins/ultimate-social-media-plus/libs/sfsi_widget.php on line 1748

Notice: Undefined index: sfsi_plus_icons_AddNoopener in /home/u4542783/public_html/clients/lakumas.com/wp-content/plugins/ultimate-social-media-plus/libs/sfsi_widget.php on line 1702

Seperti namanya, pakaian adat perang digunakan oleh masyarakat zaman dulu untuk berperang. Sedangkan kebaya wanita, dulunya menjadi pakaian yang dikenakan sehari-hari. Keduanya menjadi bagian dari sejarah NKRI yang hingga kini dilestarikan.

Tapi, beralih fungsi dari yang dulunya dikenakan untuk perang atau pakaian keseharian, sekarang ini hanya dikenakan pada momen khusus. Mungkin ada sebagian masyarakat masih memakainya untuk sehari-hari, tapi hanya minoritas saja.

Baju perang untuk setiap wilayah memiliki keunikan dan ciri khasnya masing-masing. Mulai dari nama, desain, bentuk, bahan yang digunakan dan lain-lain. Mengenai baju perang dan kebaya wanita akan dibahas lebih lebih lengkapnya pada ulasan berikut.

 

Setiap Pakaian Adat Perang Memiliki Keunikan Tersendiri, Salah Satunya King Baba

Inilah menariknya negara Indonesia, bukan hanya bahasa, tradisi atau bentuk bangunan rumah saja yang beragam, tapi juga pakaian adat. Dari sekian banyaknya baju adat unik dari setiap wilayah, salah satunya yaitu bernama King Baba.

King Baba merupakan baju perang khusus laki-laki yang berasal dari suku Dayak, Kalimantan Barat. Istilah ini berasal dari dua kata, yaitu King yang artinya pakaian dan Baba merupakan laki-laki. Bahan pembuatan pakaian ini yaitu dari kulit kayu kapuo atau tumbuhan ampuro.

Serat kulit kayu yang tinggi ini dipipihkan. Caranya dengan memukulnya memakai batu sembari dimasukkan dalam air. Bila dirasa sudah cukup lentur, kulit kayu tersebut dijemur sampai kering. Setelah itu baru dilukis dengan gambar etnik khas Dayak, lalu dibentuk rompi tanpa lengan.

Aksesori lainnya sebagai pendukung baju adat perang ini adalah ikat kepala yang berasal dari bulu burung Enggang Gading. Senjata tradisional yang diberi nama Mandau juga menjadi pelengkap.

 

 Hal-hal Mengenai Pakaian Kebaya Wanita yang Menjadi Bagian dari Sejarah NKRI

Selain pakaian adat perang, yang menjadi bagian dari sejarah NKRI adalah kebaya wanita. Bahkan penggunaannya masih marak hingga sekarang, tapi tentu saja sudah dengan berbagai perubahan desain.

Asal kata kebaya dari bahasa Arab Abaya, artinya pakaian. Kebaya ini berasal dari wilayah Tiongkok, lalu menyebar hingga ke Jawa, Malaka, Sumatra, Bali serta Sulawesi. Sebelum tahun 1600, kebaya dikenakan oleh wanita Jawa, terutama Surakarta, Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Salah satu contohnya dikenakan oleh R.A Kartini, kebaya khas Jawa Tengah. Makna khusus dibalik pakaian ini yaitu merupakan salah satu wujud kesederhanaan masyarakat Indonesia. Makna lainnya yaitu menunjukkan sikap wanita lemah lembut, halus dan patuh.

Bisa diperhatikan pemakaian kain melilit tubuh membuat pergerakan wanita menjadi terbatas dan sulit bergerak cepat. Hal ini menjadi penanda bahwa wanita Jawa identik dengan pribadi lemah gemulai. Masa dulu dan sekarang, kebaya memiliki perbedaan, diantaranya:

 

  1. Kebaya Masa Dulu

Pada masa dulu, kebaya dipakai oleh seluruh kalangan, tidak hanya bangsawan tapi juga rakyat biasa. Pakaian ini dikenakan sehari-hari serta saat ada acara tertentu. Pelengkap kebaya adalah kemben atau kain bertekstur kaku sebagai penutup bagian dada.

Ditambah dengan kain panjang serta stagen pada bagian perut. Pada momen tertentu, kebaya ini dipadukan dengan kain panjang corak batik. Selain pakaian, bagian rambut tidak kalah penting diperhatikan.

Rambut disanggul atau digelung, ditambahkan aksesori cincin, anting, gelang, kalung serta kipas. Berbeda untuk yang dikenakan sehari-hari lebih tampak sederhana, hanya memakai kain panjang, kemben dan stagen.

 

  1. Kebaya Masa Kini

Kebaya masa kini sudah tidak dipakai lagi untuk sehari-hari, hanya pada perayaan acara tertentu saja. Bahan dan modelnya dibanding masa dulu lebih variatif dan modern mengikuti perkembangan zaman.

Beberapa acara yang biasanya menggunakan pakaian adat adalah pernikahan, karnaval atau pawai, Hari Kartini dan lain-lain. Begitu juga dengan pakaian adat perang, sehingga kita sebagai warga Indonesia sudah sepatutnya melestarikan warisan yang ada.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *