Notice: Undefined index: sfsi_plus_mastodonIcon_order in /home/u4542783/public_html/clients/lakumas.com/wp-content/plugins/ultimate-social-media-plus/libs/sfsi_widget.php on line 1748
Notice: Undefined index: sfsi_plus_icons_AddNoopener in /home/u4542783/public_html/clients/lakumas.com/wp-content/plugins/ultimate-social-media-plus/libs/sfsi_widget.php on line 1702
Menjaga dan melestarikan budaya salah satunya dengan terus menjaga keaslian kain tenun benang candimas. Karena kain tenun bisa mendapatkan kualitas terbaiknya jika dibuat dari benang yang berkualitas.
Dengan begitu baru bisa melahirkan karya-karya tenun yang luar biasa. Kehadiran karya kain tenun ini nantinya bisa dijadikan alat untuk melanjutkan tradisi budaya.
Maka dari itu setiap generasi pembuat kain tenun wajib memiliki penerus. Bakat dan cara pembuatan harus diturunkan, jadi kain tenun tidak akan lenyap oleh kehadiran kain modern.
Hal ini tidak hanya berlaku bagi kain tenun saja, namun berlaku juga pada seluruh kain tradisional yang ada. Karena jika terus dilestarikan akan semakin dikenal oleh masyarakat luas.
Mengenal Kain Tenun Benang Candimas
Salah satu hal yang perlu dan wajib dilestarikan adalah kain tenun dari benang candimas. Karena kain tenun yang berbahan dasar benang candimas ini memiliki kualitas yang terbaik.
Alasannya karena benang candimas merupakan sebuah benang yang memiliki bahan dasar bahan organic. Karena bahan dasar yang dimiliki organic sehingga lebih ramah lingkungan.
Bahan dasarnya yakni berasal dari serat kayu khusus atau disebut sebagai tencel. Kayu itu telah memiliki sertifikat resmi sehingga menjadikannya bahan yang berkualitas dan terjamin.
Selain itu kain tenun benang candimas ini juga memiliki berbagai kelebihan ketika digunakan. Jadi ketika kain tenun yang menggunakan benang candimas sebagai bahan dasarnya bisa mendapatkan berbagai kelebihan.
Kelebihan tersebut bisa dilihat secara langsung, juga ketika disentuh dan digunakan. Jadi benang ini memiliki kelebihan yang sangat utama dan menjadikan benang candimas banyak digunakan.
Pada saat lihat, kain yang berbahan dasar benang candimas aka terlihat lebih mencolok dan cerah. Jadi pada saat memandangnya akan terlihat seperti sutra.
Selain itu, ketika disentuh kain tenun dari benang candimas juga akan bisa menimbulkan rasa yang begitu lembut dikulit. Dan juga bahan ini bisa menyerap keringat dengan baik ketika digunakan.
Dengan kelebihan yang dimiliki oleh kain ini, sehingga tidak heran jika banyak yang menggunakan benang candimas. Tidak hanya berlaku saat membuat kain tenun, namun juga pada kain lainnya yang bersifat tradisional.
Kebanggaan Pengrajin Tenun Setelah Digunakan Presiden Jokowi
Pada saat hari lahir pancasila tanggal 1 juni 2022 lalu, presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi Kabupaten Ende untuk mengadakan upacara disana.
Sesuatu mengejutkan adalah pada saat hari tersebut, dalam memimpin upacara presiden menggunakan kain tenun dari benang candimas khas mereka. Karena itu menyebabkan kebanggaan tersendiri bagi setiap pengrajin tenun yang membuatnya.
Kebanggaan tersebut dirasakan oleh setiap pengrajin dikarenakan digunakan oleh bapak presiden. Hal itu selain bisa dijadikan sebagai sumber utama bagi masyarakat untuk semakin memperkenalkan kain tradisional juga ada kebanggaan karena telah membuatnya.
Selain itu, salah satu pengamalan pancasila juga dilakukan dengan menjaga dan melestarikan budaya. Maka dari itu sebagai pengrajin pastinya sangat bangga. Terlebih yang digunakan adalah kain tenun dari benang candimas khas buatan masyarakat Ende.
Pastinya ada kebanggaan tersendiri bagi masyarakatnya. Maka dari itu sudah sewajarnya bagi seluruh anak muda untuk meneruskan tradisi ini. Khususnya dalam bidang kain tradisional yang ada di belahan Indonesia.
Jadi tidak hanya kain tenun saja, namun berbagai tekstil kain lainnya yang bersifat tradisional hukumnya wajib untuk dilestarikan dan dirawat bersama-sama.
Karena pada intinya tanggung jawab dari pelestarian tradisi dan budaya itu adalah tanggung jawab bersama. Sama halnya dengan melestarikan kain tenun benang candimas itu sendiri.