Kolaborasi Budaya dan Teknologi pada Perkembangan Tenun


Notice: Undefined index: sfsi_plus_mastodonIcon_order in /home/u4542783/public_html/clients/lakumas.com/wp-content/plugins/ultimate-social-media-plus/libs/sfsi_widget.php on line 1748

Notice: Undefined index: sfsi_plus_icons_AddNoopener in /home/u4542783/public_html/clients/lakumas.com/wp-content/plugins/ultimate-social-media-plus/libs/sfsi_widget.php on line 1702

Menjadi sebuah warisan turun-temurun membuat kolaborasi budaya dan teknologi sangat diperlukan untuk mendukung penenun atau disebut juga partonun. Sebab pembuatannya kini bukan hanya meningkatkan ekonomi namun juga untuk memperkenalkan jati ini. Penggunaan kain ini juga semakin berkembang dari waktu ke waktu dan diminati oleh banyak orang, bahkan hingga desainer ternama. Paduan warna serta corak-corak yang khas menjadi salah satu daya tarik tersendiri.

Peran pemerintah untuk memperkenalkan hasil warisan budaya sendiri juga ikut mendorong produktivitas serta penjualan semakin meningkat. Selain itu, berbagai wawasan baru akhirnya didapatkan oleh penenun yang mayoritas adalah perempuan karena peran pemerintah. Berbagai program-program lainnya juga mulai dijalankan untuk memberikan dukungan terhadap wirausaha untuk meningkatkan kapasitas dalam industri kreatif. Bukan hanya itu saja, program ini juga dapat melestarikan warisan tidak benda dari berbagai aspek.

Kolaborasi Budaya dan Teknologi Kain Tenun

Beberapa kolaborasi pada perkembangan penenun di Indonesia tentu saja tidak lepas dari peran banyak pihak. Peran-peran tersebut yang telah membawa pangsa pasar untuk tenunan ini menjadi lebih luas bahkan hingga internasional:

  1. Peran Pemerintah

Seperti telah diketahui bahwa sebagian besar wilayah di Indonesia sudah menerapkan satu hari dengan batik, maka kebijakan satu hari dengan tenun juga mulai diterapkan pemerintah lokal. Beberapa daerah di antaranya Sumbar, Sulteng, Lombok Tengah, dan lainnya. Ada banyak manfaat dari adanya kebijakan ini, seperti misalnya penenun mulai memahami bahan dari kain sangat penting dipertimbangkan dalam perkembangan fashion. Selain itu, juga menambah pengetahuan berkenaan lambang maupun ciri khas daerah masing-masing.

Bahan yang digunakan juga akhirnya menekankan pada kenyamanan sehingga dapat digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Penggunaan benang sebagai bahan dasar dipilih berdasarkan kualitas terbaik dengan tujuan meningkatkan dan melestarikan budaya lokal.

  1. Desainer Ternama

Kecantikan dari berbagai motif serta warna yang menarik perhatian membuat sejumlah desainer mulai mempopulerkannya. Bukan hanya di pamerkan secara nasional saja namun juga mulai merambah kancah internasional. Misalnya saja desainer Oscar Lawalata yang memiliki ketertarikan dengan hasil tenun NTT hingga menjadikannya bahan fashion. Hasilnya dipamerkan dalam kompetisi International Young Creative Entrepreneur di London.

Desainer lainnya adalah Monique Soeriaatmaja yang juga berperan besar dalam memperkenalkan warisan Indonesia ini di mancanegara. Monique memperkenalkannya di berbagai ajang internasional seperti Fashion Scout London Fashion Week pada 2008. Terakhir Merdi Sihombing untuk memperkenalkan Ulos yang menjadi khas dari Sumatra Utara. Dengan berbagai pendekatan dan eksplorasi, penggunaan ulos untuk fashion menjadi salah satu cara Merdi Sihombing memperkenalkan serta mendekatkannya pada masyarakat.

  1. Kolaborasi UNESCO Citi Indonesia

Sebagai salah satu ciri khas bangsa selain batik, membuat berbagai program untuk mendukung penenun mulai banyak dilakukan. Salah satunya adalah kolaborasi UNESCO Citi Indonesia dengan para penenun di berbagai wilayah. Dengan program ini, peningkatan pendapatan dari pada wirausaha kain tenun menjadi meningkat. Selain itu, cara ini juga sangat efektif dalam regenerasi penenun muda agar kegiatan menenun tidak hilang termakan zaman.

  1. Penggunaan Teknologi

Penggunaan teknologi yang semakin maju juga sangat berperan dalam melestarikan kain tenun ini lebih luas. Salah satunya adalah penggunaan media sosial sebagai tempat untuk mempromosikannya pada calon konsumen.

Pembeli tidak hanya dari konsumen lokal saja, bahkan tidak sedikit juga pembeli dari mancanegara. Hal ini membuktikan bahkan budaya luhur bangsa bisa berjalan seiring dengan teknologi yang semakin maju. Warisan budaya sudah semestinya terus dilestarikan dan diperkenalkan bukan hanya dalam negeri sendiri namun juga mancanegara. Berbagai kolaborasi budaya dan teknologi dapat dilakukan karena keduanya dapat berjalan beriringan.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *