Telegram Jadi Ramai, Ada Apa dengan Whatsapp?


Notice: Undefined index: sfsi_plus_mastodonIcon_order in /home/u4542783/public_html/clients/lakumas.com/wp-content/plugins/ultimate-social-media-plus/libs/sfsi_widget.php on line 1748

Notice: Undefined index: sfsi_plus_icons_AddNoopener in /home/u4542783/public_html/clients/lakumas.com/wp-content/plugins/ultimate-social-media-plus/libs/sfsi_widget.php on line 1702

Awal tahun 2021 media masa dihebohkan dengan berita yang membuat banyak orang takut akan privasi mereka. Karena pada awal tahun tersebut muncul sebuah kebijakan atau pengumuman dari WA bahwa akan ada proses berbagi data dengan salah satu medsos besar, yaitu Facebook. Informasi ini tentunya menjadi perhatian bagi penggunanya.

Siapa yang tidak khawatir bahwa data pribadinya atau bahkan chatting dengan orang lain mampu dilihat oleh perusahaan besar. Kondisi ini tentu saja mengusik privasi penggunanya dan membuat mereka tidak nyaman. Akhirnya dalam waktu satu malam, banyak yang mulai meninggalkannya dan berganti pada saluran chatting lainnya.

Namun setelah diklarifikasi oleh pihak WA, ternyata informasi tersebut merupakan kesalahpahaman dari para pembacanya. Memang sudah sejak 2016 ada integrasi Facebook dengan WA, seperti penggunaan pesan bisnis bisa menggunakan messenger FB. Tetapi untuk privasi chatting tetap terenkripsi, sehingga keamanan data pengguna tetap menjadi prioritas utamanya.

Berganti ke Aplikasi Chatting Lainnya

Setelah mendengar kabar tentang kebijakan privasi baru dan kaget, masyarakat lalu berbondong – bondong mencari aplikasi penggantinya. Salah satunya adalah telegram, bahkan dalam waktu satu malam terjadi penambahan pengguna baru sebanyak lebih dari 250 ribu orang. Pemilihan ini didasarkan atas pamor telegramnya yang dinilai lebih tinggi tingkat keamanannya.

Selain menawarkan keamanan, aplikasi ini juga menawarkan sistem cloud dalam menyimpan datanya. Hal ini memungkinkan pengguna mampu mengakses berbagai macam filenya tanpa membebani memori dari smartphonenya. Sehingga ketika file di memori terhapus, Anda dapat mendownloadnya kembali melalui cloud telegram, dan penyimpanan cloudnya dapat diakses secara gratis.

Aplikasinya juga memungkinkan mengirim dokumen dalam ukuran besar, sehingga ketika ada proyek bersama, bisa memanfaatkan fasilitasnya untuk berbagi. Tidak perlu takut akan penurunan kualitasnya, terutama ketika mengirimkan video karena terdapat pilihan akan dikompres atau dibiarkan seperti file aslinya. Interfacenya juga lebih sederhana, sehingga bisa lebih fokus membagikan informasi.

Selain berbagai keunggulan fiturnya, juga terdapat hal lainnya dalam fasilitas perpesanannya yang menjadikan obrolan lebih hidup. Yaitu fasilitas stiker, berbeda dari Whatsapp yang stikernya harus menginstall secara terpisah. Di sini stikernya juga bisa bergerak, menjadikan obrolan lebih santai, menyenangkan, serta atraktif. Bila kurang sesuai, bisa membuat sendiri.

Sistem keamanan dan Privasi Penggunanya

Salah satu permasalahan mengapa WA ditinggalkan penggunanya dan berganti ke Tele adalah kekhawatiran akan privasinya, terutama apabila obrolannya dengan orang lain dapat dibaca oleh pihak ke tiga. Kekhawatiran itu membuat mereka menyeleksi berbagai macam saluran chatting lainnya dengan tingkat keamanan lebih tinggi dan nyaman dibuat mengobrol.

Fitur dari Tele yang menjadikannya sebagai media mengobrol dengan tingkat keamanan tinggi adalah tersedianya fasilitas secret chat. Keduanya terhubung dan terenkripsi dengan baik, sehingga tidak memungkinkan ada orang lain mampu meretasnya. Selain itu juga terdapat auto destruct, fitur ini memungkinkan pesan terhapus secara otomatis setelah interval waktu tertentu.

Melalui fiturnya tersebut, penggunanya tidak perlu khawatir terdapat permasalahan privasi seperti ketika menggunakan WA. Namun perlu diperhatikan bahwa dibandingkan WA, belum tersedia telepon lebih dari satu pengguna. Hal ini didasarkan karena formula pengamanan melalui telepon masih dalam proses pengembangan. Sehingga privasi pengguna benar – benar terjaga dan aman.

Meskipun di awal tahun WA mengalami kendala kesalahpahaman di penggunanya, tetapi tren penggunaannya masih tinggi. Hal ini disebabkan karena masyarakat masih terbiasa menggunakan fitur – fiturnya, terlebih untuk keperluan bisnis. Kecepatan tim humas dalam menangani isu juga menjadi faktor pendorongnya. Sehingga apapun pilihan medianya, haruslah membuat penggunanya merasa aman.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *